Bisnis.com, SINGAPURA – Harga minyak “rebound” atau berbalik naik di perdagangan Asia, Rabu (21/1/2015), karena pedagang membeli komoditas pada harga lebih murah setelah penurunan mendekati posisi terendah enam tahun, kata para analis.
Harga acuan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret naik 44 sen menjadi US$46,91 dalam perdagangan sore. Kontrak Februari berakhir pada Selasa (20/1/2015) di US$46,39, turun US$2,30 dari hari sebelumnya dan tidak jauh dari tingkat terendah sejak Maret 2009.
Minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan Maret, harga acuan internasional, bertambah 44 sen menjadi US$48,42.
Namun demikia, para analis memperkirakan kebangkitan itu tidak akan bertahan, karena melemahnya permintaan dan tingginya pasokan dunia tidak menunjukkan tanda-tanda mereda.
“Kenaikan tipis kemungkinan karena pembelian harga murah akibat kemerosotan harga kemarin,” kata Tetsu Emori, fund manager komoditas di Astmax Investments di Tokyo.
“Harga minyak kemungkinan akan tetap pada tingkat yang rendah minggu ini setelah periode ‘bargain hunting’ selesai,” kata dia kepada AFP/Antara.
Analis mengatakan permintaan kemungkinan akan mengalami penurunan lebih lanjut setelah Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas tajam proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun ini, mengutip momentum lemah di hampir semua negara-negara terkemuka, kecuali Amerika Serikat.
IMF mengatakan dalam sebuah laporan yang dirilis Selasa bahwa prospek buruk di Tiongkok, Rusia, kawasan euro dan Jepang akan mempertahankan pertumbuhan dunia menjadi hanya 3,5% tahun ini dan 3,7% pada 2016.
United Overseas Bank Singapura mengatakan “masih ada pesimisme yang signifikan … terutama setelah IMF menurunkan prospek ekonomi global untuk 2015 dan 2016, menambah penderitaan permintaan minyak dunia akan terus turun lebih rendah dari pasokan”.
Harga minyak telah kehilangan lebih daripada setengah nilai mereka dari di atas 100 pada Juni tahun lalu.
berita ekonomi, berita bisnis
sumber : bisnis.com
Posting Komentar