Jakarta (Antara) - Bank Indonesia memandang perkembangan utang luar negeri Indonesia pada triwulan II-2014 masih cukup sehat, namun perlu terus diwaspadai risikonya terhadap perekonomian.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara, Rabu, mengatakan, posisi ULN Indonesia pada akhir September 2014 tercatat sebesar 292,3 miliar dolar AS, meningkat 6,1 miliar dolar AS atau 2,1 persen dibandingkan dengan posisi akhir triwulan II-2014 sebesar 286,2 miliar dolar AS.
"Sejalan dengan dikeluarkannya Peraturan Bank Indonesia No. 16/20/PBI/2014 tanggal 28 Oktober 2014 tentang Penerapan Prinsip Kehati-hatian Dalam Pengelolaan Utang Luar Negeri Korporasi Nonbank, ULN diharapkan dapat lebih berperan secara optimal dalam mendukung pembiayaan pembangunan tanpa menimbulkan risiko stabilitas makroekonomi ke depan," ujar Tirta.
Peningkatan posisi ULN sendiri terutama dipengaruhi oleh meningkatnya kepemilikan nonresiden atas surat utang yang diterbitkan oleh sektor publik (4,3 miliar dolar AS), pinjaman luar negeri sektor swasta (2,3 miliar dolar AS), dan simpanan nonresiden di bank domestik (1,7 miliar dolar AS) yang melampaui turunnya pinjaman luar negeri sektor publik (2,2 miliar dolar AS).
Dengan perkembangan tersebut, rasio ULN terhadap produk domestik bruto (PDB) meningkat dari 34 persen pada triwulan II-2014 menjadi 34,68 persen pada September 2014.
Sementara itu, debt service ratio (DSR), yaitu rasio total pembayaran pokok dan bunga ULN relatif terhadap total penerimaan transaksi berjalan meningkat dari 44,29 persen pada triwulan sebelumnya menjadi 46,16 persen pada September 2014.
Bila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, posisi ULN meningkat 29,4 miliar dolar AS atau 11,2 persen dari 262,9 miliar dolar AS. Peningkatan tersebut terutama disumbang oleh kenaikan pinjaman luar negeri sektor swasta (8,6 miliar dolar AS) serta surat utang sektor publik (14,5 miliar dolar AS) dan sektor swasta (4,9 miliar dolar AS).
Posisi ULN Indonesia pada akhir September 2014 terdiri dari ULN sektor publik sebesar 132,9 miliar dolar AS (45,5 persen dari total ULN) dan ULN sektor swasta 159,3 miliar dolar AS (54,5 persen dari total ULN). Posisi ULN kedua sektor tersebut masing-masing meningkat 1 persen dan 3,1 persen dibandingkan dengan posisi akhir triwulan II-2014 sebesar 131,7 miliar dolar AS dan 154,5 miliar dolar AS.
Berdasarkan jangka waktu asal, posisi ULN Indonesia didominasi oleh ULN berjangka panjang (83,3 persen dari total ULN). ULN berjangka panjang pada akhir September 2014 mencapai 243,4 miliar dolar AS, meningkat 6 miliar dolar AS atau 2,5 persen dibandingkan dengan posisi akhir triwulan II-2014 sebesar 237,4 miliar dolar AS.Pada akhir September 2014, ULN berjangka panjang sektor publik mencapai 128 miliar dolar AS atau 96,3 persen dari total ULN sektor publik dan ULN berjangka panjang sektor swasta tercatat sebesar 115,5 miliar dolar AS atau 72,5 persen dari total ULN swasta. Sementara itu, ULN berjangka pendek sebesar 48,9 miliar dolar AS (16,7 persen dari total ULN), meningkat 0,3 persen dibandingkan dengan posisi akhir triwulan II-2014 sebesar 48,7 miliar dolar AS.
Pada sektor swasta, posisi ULN pada akhir September 2014 terutama terpusat pada sektor keuangan, industri pengolahan, dan pertambangan. Posisi ULN ketiga sektor tersebut masing-masing sebesar 46,6 miliar dolar AS (29,3 persen dari total ULN swasta), 32,5 miliar dolar AS (20,4 persen dari total ULN swasta), dan 25,8 miliar dolar AS (16,2 persen dari total ULN swasta).
Bila dibandingkan dengan triwulan II-2014, posisi ULN sektor keuangan dan sektor industri pengolahan masing-masing tumbuh 9,2 persen, dan 3,9 persen, sementara sektor pertambangan mengalami penurunan sebesar 6,6 persen. (ar)
View the original article here
Posting Komentar