Menu
 

KATADATA – Ekonom Danareksa Purbaya Yudhi Sadewa menilai kenaikan harga BBM dan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia akan memberatkan pertumbuhan ekonomi mencapai target yang diharapkan. Kenaikan suku bunga acuan akan menekan pertumbuhan sebesar 0,5 persen.
Menurut dia tekanan dampak kenaikan BI Rate itu hanya bisa dikurangi dengan upaya maksimal pemerintah dalam mendorong pembangunan sektor riil dan fiskal. Pemerintah perlu memastikan penyerapan anggaran lebih efektif dan produktif dibanding sebelumnya."Efisiensi birokrasi ini kunci untuk dorong pertumbuhan," ujarnya, Rabu (19/11).Pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi Rp 2000 untuk solar dan premium. Sehingga harga premium dan solar masing-masing menjadi Rp 8.500 dan Rp 7.500. Sehari setelah kebijakan itu, BI menaikkan suku bunga acuannya dari 7,5 persen menjadi 7,75 persen dengan tujuan menjangkar ekspektasi inflasi.Target pertumbuhan ekonomi pada APBN Perubahan 2014 dipatok sebesar 5,1-5,5 persen. Pertumbuhan ekonomi terus melambat pada tahun ini. Tercatat pada kuartal III/2014, pertumbuhan ekonomi hanya tumbuh 5,01 persen atau menurun dibanding kuartal I dan II yang masing-masing sebesar 5,21 persen dan 5,12 persen.
Untuk tahun depan, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2015 akan berada di kisaran 5,4-4,8 persen. BI yakin adanya reformasi struktural dari sisi fiskal akan memberikan perubahan mendasar bagi ekonomi Indonesia tahun mendatang.
Secara terpisah, Menteri Koordinator Perekonomian Sofyan Djalil menilai penerapan kebijakan pengalihan subsidi akan mengubah postur fiskal. Hal itu akan mendorong belanja produktif untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi."Kondisi fiskal yang kondusif dan indikator lainnya akan mendorong investasi," ujar Sofyan di Jakarta, Rabu (19/11).Pemerintah harus mengendalikan defisit transaksi berjalan dan defisit APBN menghadapi pengaruh eksternal ekonomi. Untuk itu perlu kebijakan perbaikan fundamental ekonomi, diantaranya kenaikan harga BBM.

View the original article here

Posting Komentar

 
Top