Jakarta (Antara) - Otoritas Jasa Keuangan memperkirakan pertumbuhan penghimpunan dana pihak ketiga perbankan pada 2015 tidak jauh berbeda dengan estimasi tahun ini sebesar 14 persen-15 persen.Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman Hadad di Jakarta, Rabu, mengatakan pertumbuhan DPK tidak akan melesat jauh, karena pengetatan likuditas terus terjadi di 2015, seiring dengan antisipasi dampak sentimen global maupun domestik.Namun, menurut Muliaman, perkiraan yang cenderung tidak optimistis tersebut, dapat menopang fungsi intermediasi perbankan yang diperkirakan dapat menancapkan pertumbuhan kredit sebesar 15 persen pada 2015.
"Sekarang, bagaiamana isu ini harus disikapi untuk mencari sumber pendanaan kredit," ujar dia.
OJK memperkirakan pertumbuhan kredit 15 persen pada 2015 dapat menopang target pertumbuhan ekonomi pemerintah sebesar 5,8 persen, seperti tertuang di APBN 2015.
Muliaman mengklaim industri keuangan sudah menyiapkan antisipasi dan upaya mitigasi risiko dari berbagai kebijakan dari domestik maupun global yang dapat berdampak negatif pada pasar keuangan.
Secara khusus, Muliaman meyakini dampak dari kenaikan harga Bahan Bakar Minyak terhadap sektor keuangan hanya bersifat temporer atau sementara, meskipun beberapa kalangan meyakini kenaikan harga komoditi tersebut dapat memicu pelambatan kredit, dan mengerek tingkat rasio kredit bermasalah (Non performing loan/NPL).
"Saya meyakjni kenaikan BBM sudah diantisipasi oleh pelaku pasar. Namun risiko ekonomi domestik harus dicermati dampaknya terhadap profil risiko keuangan," ucapnya.
Perkiraan Muliaman mengenai DPK di 2015, tak jauh berbeda dengan estimasi pertumbuhan DPK tahun ini sebesar 12-14 persen. Hingga September, pertumbuhan DPK masih tercatat di 13 persen.
Deputi CEO Bank Victoria Anthony Soewandy sebelumnya mengatakan dengan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia sebesar 25 basis poin menjadi 7,75 persen, likuiditas perbankan memang bisa tambah ketat. Adapun, Bank Victoria menargetkan DPK dapat tumbuh 20 persen dari estimasi himpunan DPK tahun ini sekitar Rp16,5 triliun. (ar)
View the original article here
Posting Komentar